Reruntuhan Harapan
![]() |
Pemandangan reruntuhan dampak perang di Gaza,https://cdn.ar.com/images/stories/2014/11/reruntuhan-gaza-2.jpg |
Ahmad
langsung terkejut bukan main melihat kondisi di sekelilingnya saat ini. Betapa
penuh dengan penderitaan jika harus berdiam diri atau bahkan merenung di tempat
seperti ini. Genangan air mata siap mengalir mulai dari matanya, pipi, sampai
berujung didagu sebelum jatuh ketanah. Namun dengan semuanya dia berusaha untuk menahan
kesedihan. Tiap kali air mata menggenang di matanya, dia selalu menarik nafas
panjang dan lambat laun genangan air mata menguap dengan sendirinya. Begitulah
sampai berulang kali dia menarik nafas panjangnya. Jika orang yang tidak kuat
dipastikan dengan sekejap langsung tumpah ruah air matanya, Bahkan sampai tidak
bisa mengeluarkan air mata karena persediaannya habis untuk sementara.
Suara hembusan angin hanya terdengar
disini. Sesekali hembusan angin itu menerbangkan beberapa benda-benda ringan
disekitarnya. Yang sering berterbangan adalah serabut, jika dilihat mirip
dengan serabut kelapa tua namun serabut ini terlihat agak hitam. Tidak ada
sedikit pun tanda-tanda kehidupan disini.
“Sekitar sini merupakan tempat
tinggal dulunya.” Kata saleh menjelaskan ke ahmad.
“Disini adalah depan rumah tepat
adalah jalanan, lalu samping-sampingnya adalah rumah – rumah juga. Seterusnya
sampai rumah disini berjejer sampai ujung jalan itu.” Saleh menjelaskan lagi
sambil menunjuk kearah selatan jauh.
Saleh adalah warga asli dari bawah
bukit yang sedang ahmad datangi ini. Saleh tiba-tiba berada disamping ahmad
ketika ahmad sudah berada dibukit ini. Saleh menceritakan tentang detail
bangunan yang dulunya ada di bukit ini. Dia lebih mirip seperti pemandu wisata
yang sedang menerangkan persitiwa – persitiwa sejarah, gaya bicaranya seperti
pencerita dimana saat itu adalah jaman penjajahan. Dia membawakan cerita dengan
penuh wibawa. Seperti guru sejarah yang sedang menerangkan kemerdekaan.
Sesekali dia mengeluarkan suara lantang pada saat menceritkan jaman kini, dan
akan bersuara lirih saat bercerita tentang masa lalu.
“Bagaimana kamu bisa sampai ke
tempat ini?” Tanya saleh kepada ahmad. Bagi saleh,wajar memang ada supir
angkutan seperti ahmad yang mengantarkan penumpangnya sampai sini. Namun yang
membuat saleh heran adalah, mengapa ahmad tiba-tiba langsung menaiki bukit ini?
Apakah dia hanya sekedar melihat-lihat saja, ataukah ada alasan lain yang
membuatnya pergi ke bukit ini? Ahmad kemudian menceritkan kenapa dia bisa
sampai kesini dan langsung bergegas menaiki bukit ini.
Pada waktu pagi hari, seperti
biasanya ahmad memanasi mobilnya (sejenis bajaj) untuk segera mencari nafkah.
Selagi itu dia sempatkan sarapan yang dibuat oleh istrinya. Sarapan bersama
dengan istri dan anaknya ynag berusia 10 tahun dan siap berangkat ke sekoah.
Setelah selesai sarapan ahmad berangkat mengantar anaknya ke sekolah, dan
kemudian dia menuju pangkalan. Teman teman dipangkalanya juga sudah adal yang
datang untuk menunggu giliran mengangkut penumpang.
“Hai
yasir, cepat sekali engaku sampai kemari, dan langsung narik penumpang
pula.” Kata ahmad kepada teman satu profesinya, yasir.
“Semakin datang pagi, semakin cepat
dapat rezeki kawan. Hey ahmad, jangan lupa untuk mencatat ya, sudah ku sediakan
di meja sana.” kata yasir kepada ahmad.
Kemudian ahmad duduk untuk menunggu
penumpang dan mencatat giliran datang pada catatan yang disediakan oleh yasir
tadi. Kemudian tak beberapa lama datang fahri, yang kemudian melakukan hal yang
sama dilakukan oleh ahmad. Ali, darwis, reyhan, harun, dan rifki melakukan hal
yang sama. Sehingga dalam catatan itu ada 8 orang. Kedelapan orang tersebut
bergantian untuk menarik penumpang
secara bergiliran menurut kehadiran datang. Sampai giliran terakhir dan
kembali lagi ke awal. Begitupun seterusnya. Tetapi, jika karena suatu hal tidak
seperti ini. Contohnya minggu lalu saat reyhan tidak hadir karena sakit.
Kemudian sehari setelah sehat dan kembali, reyhan langsung diberikan giliran
pertama. Hal ini dilakukan karena kesepakatan untuk menghargai dan saling
mengerti keadaan. Namun jangan harap jika
memang disengaja ataupun curang dan diberikan rasa iba untuk terus
menerus. Dalam kelompok ini hal curang dan sengaja sudah dibuat perjanjianya,
jika mereka demikian maka segera pindah pangkalan dari sini. Maka dari itu
peraturan sudah dibuat sebelumnya, dan sejauh ini mereka semua belum pernah ada
yang melanggar.
“Ayo kita main catur dulu, siapa
yang mau main denganku.” tantang ahmad kepada kawan-kawanya sambil meletakan
papan catur ke meja lalu kemudian menatanya.
“Ayo, siapa takut.” Tutur rifki
menerima tantangan ahmad.
Baru beberapa langkah berjalan, ada
penumpang datang dengan membawa penuh belanjaan lengkap. Ahmad kemudian
bergegas, kemudian harun menggantikan posisi ahmad.
“Wah, sepertinya belanjaanya banyak
sekali pak. Mari saya bantu mengangkatnya ke dalam.” Kata ahmad. Penumpanng ini
hanya mengangguk dan tersenyum lalu naik ke dalam.
“Mau diantar daerah mana pak dan
sampai dirumah bapak?” Kata ahmad kepada penumpangnya. Si penumpang tak bicara
dan hanya memberikan alamat yang harus dituju kepada ahmad.
Selama diperjalanan, seperti biasa
ahmad mendengarkan radio dan mengganti chanel ke saluran musik – musik yang
bersemangat. Sambil mendengarkan lalu dia mengikuti irama musik dan sesekali
dia ikut bernyanyi. Dengan gaya menyetirnya yang rupanya cocok dengan musik
yang dia dengarkan. Gaya ahmad meyetir seperti “DJ”. Kepalanya menghentak
mengikuti tabuahan yang terdengar semacam rebana. Kakinya pun juga ikut
menghentak mengikuti tempo, namun tidak membuat dia lupa diri. Jika salah injak
sangat beresiko sekali.
Penumpangnya yang duduk dibelakang
juga sedang asik mendengarkan radio saku yang dia bawa. Saluran yang dia dengar
adalah berita. Terkadang ahmad iseng-iseng mengganti chanel radionya dan
menyamakan dengan chanel radio yang didengarkan oleh penumpangnya. Namun sudah
memutarnya bolak-balik, ahmad tidak menemukan saluran sama yang didengarkan oleh si penumpang.
Ahmad pun heran dan dari kaca spion melihat penumpangnya masih mendegarkan
radio. Sebenarnya ahmad mau menanyakan tentang chanel yang penumpangnya dengar
dan tidak ada di chanel radionya. Namun, melihat si penumpang nampaknya serius
mendengarkan. Ahmad tidak ingin menganggu konsenterasi penumpangnya. Ahmad
berpikir yang didengarkan oleh
penumpangnya adalah berita, jadi pastilah penumpangnya tidak boleh ketinggalan
satupun kata dari penyiar chanel berita itu. Ahmad pun tidak ambil pusing, dan
dia berkesimpulan mungkin saja di radionya tidak dapat menangkap chanel yang
didengarkan oleh penumpangnya.
Ahmad
kemudian mengecilkan suara radionya dan mendengarkan radio milik penumpangnya.
Yang benar saja, yang ahmad dengar adalah berita tentang situasi genting.
Situasi genting seperti sedang berada dimedan perang! Ahmad mendengarkan
sekilas ada reporter yang melaporkan tentang banyanknya korban jiwa. Suara
reporter tersebut seolah sedang terburu –buru. Lalu terdengar suara gemuruh
seperti suara helikopter. Si penumpang langsung melihat keluar pintu dan
melongok langit. Ahmad heran apa yang dilihat si penumpang. Karena ahmad juga
ikut melongok ke langit tidak ada apa-apa. Dan ketika suara gemuruh helikopter
itu berhenti, penumpang itu kembali duduk dan raut wajahnya berubah menjadi
tegang.
***
Dengan segera penumpang memberikan
isyarat kepada ahmad untuk segera memacu mobilnya lebih cepat. Ahmad menuruti
permintaan penumpangnya dan mengingatkan penumpangnya unutuk pakai sabuk pengaman
juga. Dengan wajah heran ahmad dengan segera memacu mobilnya dengan cepat.
Tidak jarang ahmad membunyikan klakson beberapa kali untuk memberi sinyal
kepada kendaraan lain yang ada didepanya bahwa dia sedang terburu-buru. Ada
saja yang memberikan ruang untuk lewat, namun ada juga yang tidak memberikan
dan malah mempercepat laju seakan ahmad ingin menantangnya untuk balapan.
Karena faktor mesin, laju kendaraan yang didepan ahmad itu melaju cepat jauh
meninggalkan ahmad. Sekiranya kendaraan itu sudah menang dan meninggalkan jauh
pesaing-pesaingnya dan hampir mencapai garis finis. Ahmad pun hanya bisa
menggeleng-geleng kepala. Wajar saja, hanya anak muda di jalanan ini yang
berlaku demikian walaupun tidak semua anak muda bersikap seperti itu. Bagi
ahmad wajar saja pada masa-masa muda adalah masa disaat anak mementingkan
egonya dan tidak peduli dengan nasihat orang yang lebih tua. Seakan dia bisa
melakukan hal – hal sendiri dan tidak membutuhkan saran. Untuk itu ahmad
berusaha untuk mendidik anaknya kelak menjadi anak yang peduli terhadap sesama.
Sedini mungkin ahmad mengajarkan berbagi terhadap fakir miskin kepada anaknya,
dengan memberikan amplop kepada anaknya dan kemudian anaknya memberikan kepada
fakir miskin saat akhir bulan Ramadhan.
Tiba-tiba saja bahu ahmad serasa ada
yang menepuk. Dia melihat ke arah penumpangnya tersebut. Penumpangnya
memberikan isyarat bahwa sudah sampai tujuan, padahal di alamat yang diberikan
penumpang belum sampai. Lalu dengan perlahan ahmad menghentikan laju. Ahmad
kemudian membantu menurunkan belanjaan yang berada dalam, dan juga atap mobil.
Membuka ikatan belanjaan diatap yang diikat dan dikaitkan pada penopang sisi
pintu mobil. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk melepaskanya, karena
begitu erat. Terlihat dari urat kepala ahmad dan wajahnya yang berubah menjadi
merah betapa sulitnya melepaskan ikatanya dan akhirnya berhasil, bersamaan
mulutnya yang membuang nafas dari hidung.
“Sudah semuanya ini pak belanjaanya
di bawa keluar.” Kata ahmad kepada penumpangnya.
“Mari saya bantu untuk mengantar
belanjaanya pak sampai kerumah bapak.” Kata
ahmad menawarkan bantuan. Penumpang itu hanya menggelengkan kepala
sebagai isyarat tidak usah dibantu.
Ahmad pikir rumah penumpangnya
berada tepat didepan jalan ini. Namun ketika penumpangnya keluar, penumpang itu
pun langsung berjalan dengan membawa belanjaanya menaiki bukit dengan tangga
sebagai jalannya. Rupanya rumah penumpang itu berada dibukit yang dia naiki.
“Bapak yakin bisa sendiri, belanjaan
sebanyak itu berat pak.” Ahmad berseru kepada penumpangnya. Penumpangnya hanya
berbalik badan dan mengangguk tanda dia sanggup dan memberikan senyum kepada
ahmad.
Setelah kiranya penumpang sanggup
ahmad segera menuju kedalam mobil dan duduk didalamnya. Dengan maksud untuk
melihat penumpangnya kalau sampai terjadi apa-apa sebelum dia sampai
kerumahnya. Namun apa yang terjadi. Ketika ahmad duduk dan beralih melihat
penumpangnya yang sedang menaiki bukit itu sudah hilang! Entah bagaimana
caranya begitu cepatnya penumpang tersebut menaiki bukit apalagi dia membawa
belanjaan penuh. Orang yang tidak membawa apapun saja kesulitan untuk menaiki
dan butuh waktu, namun penumpang ini cepat sekali, pikir ahmad. Tidaklah
mungkin penumpang itu berlari dengan membawa belanjaan banyak seperti itu. Bisa
dipastikan pada langkah pertama jika penumpang tersebut berlari dia akan
terjatuh karena beban yang dia bawa dan hilang keseimbangan.
Karena penasaran kemana arah
perginya penumpangnya itu, ahmad segera menaiki bukit. Sambil menaiki bukit dia
menengok arah samping bukit, bahkan arah belakang, harapnya penumpangnya usil
mengerjainya. Namun selama dia menaiki bukit belum tampak penumpanngnya.
Ternyata tanpa sepengetahuan ahmad ada warga asli bawah bukit yang mengikuti
ahmad yaitu saleh. Saleh yang dari tadi memperhatikan ahmad heran karena
menaiki bukit seperti sedang mencari sesuatu.
“Begitulah ceritaku, dan aku sampai
berada disini.” Kata ahmad yang sedari tadi bercerita kepada saleh.
Alangkah terkejutnya saleh mendengar
cerita ahmad, terlebih lagi dia mengantarkan penumpang dan membawa begitu
banyak belanjaan. Melihat saleh yang terkejut, ahmad langsung penasaran dan
ingin tahu apa yang membuat saleh terkejut. Saleh maju menghampiri ahmad
kembali. Sebelumnya dia terkejut mendengar cerita ahmad dan refleks berdiri dan
mundur beberapa langkah dari hadapan ahmad.
Sebegitu terkejutnyanya kah saleh mendengar cerita dari ahmad
sampai-sampai dia berdiri dan mundur beberapa langkah? seperti orang phobia
yang diberikan kejutan orang iseng.
“Baiklah, akan kuceritakan tentang
apa yang aku ketahui. Maaf aku tadi telah terkejut dan juga maaf bila itu
menganggumu. Namun selama aku bercerita, jangan engkau memotong dengan
pertanyaan sampai aku selesai.” Kata saleh
Sekitar 20 tahun yang lalu bukit ini
adalah rumah penduduk. Namun pada saat itu kondisi disini sangat tidak menentu.
Daerah ini kemudian lebih dikenal sebagai tempat persinggahan ataupun
pengungsian. Karena banyak dari orang orang lain yang pergi ke sini untuk
mencari tempat perlindungan, dengan alasan daerah mereka tidak aman lagi.
Daerah ini disebut-sebut merupakan daerah yang teraman dari serangan. Waktu itu
merupakan peristiwa perjuangan untuk merebut kembali kemerdekaan. Karena memang
di Negara ini sudah merdeka, namun penjajah ini tidak mengakui kedaulatanya dan
memaksa kembali pejajahan di negeri ini. Sebenarnya banyak negara – Negara yang
sudah mengakui kedaulatan dan kemerdekaan di negara ini. Namun penjajah ini
bersikeras untuk menguasai semua kekayaan yang terkandung dalam negeri ini.
Pemberontakan terjadi dimana-mana,
para pejuang pemuda meneriakan semangat juang yang tinggi walaupun harus
berhadapan dengan panser panser serta meriam.
Mereka hanya bersenjata senjata api yang terkadang harus mengisi kembali
peluru untuk kembali menghadapinya. Namun sayang, tidak sedikit orang yang
terkena tembak dan akhirnya mati ditempat. Kejadian disana sangat mengerikan,
letupan senjata, suara gemuruh panser yang sedang berjalan, dan ditambah dengan
capung raksasa yaitu helikopter siap untuk menembaki dari langit. Peperangan
terjadi selama berlarut – larut, tidak peduli waktu. Entah itu siang, malam,
sore, bahkan dini hari sekalipun.
Saat itu ada seorang pengungsi dari
daerah lain yang singgah ke daerah bukit yang aman ini. Namun sayang, pihak
penjajah dengan menggunakan alat pelacak yang sebelumnya telah ditempelkan di
belakang baju pengungsi itu. Akhirnya dapat menemukan tempat bukit teraman ini
berada. Seluruh penduduk pun terkejut, mendengar suara gemuruh helikopter yang
berada di langit. Dan tanpa pikir panjang helikopter tersebut menjatuhkan rudal
kekawasan itu. Dan dalam sekejap semua habis dan bangunan tidak ada yang
tersisa satu pun. Hanya ada satu orang yang selamat yaitu bernama habibi, yaitu
seorang pemuda berusia 30 tahun. Tangan, kakinya, dan wajahnya terluka akibat
terkena serpihan – serpihan akibat rudal dari helikopter itu. Habibi sangat
beruntung karena dia berada jauh dititik sasaran rudal dan hanya kena serpihan.
Namun habibi masih tetap bersembunyi dibalik reruntuhan itu, karena helikopter
masih ada dilangit unutk memastikan bahwa tak ada korban selamat.
Sungguh malang bagi yahya, yaitu
penduduk asli bukit. Habibi yang melihat yahya dari kejauhan bermaksud untuk
memeberi tahu yahya untuk segera bersembunyi. Yahya yang ketika itu sedang
pergi ke pasar untuk berbelanja banyak bahan makanan dan baru sampai langsung
menjadi bidikan rudal helikopter tersebut. Habibi hanya bisa menangis dan kesal
terhadap apa yang dilihatnya. Dia kesal karena tidak bisa berbuat apa – apa
untuk melawan raksasa terbang tersebut.
Seiring waktu berlalu kondisi mulai
berlangsung aman namun masih ada beberapa insiden kecil – kecil saja. Habibi
kini tinggal di bawah bukit yang dulunya dia tempati. Dan dibawah bukit itu pun
mulai banyak dibangun rumah dari penduduk lain yang berdatangan dan akhirnya
sampai sekarang. Namun, tinggal dibawah bukit itu merupakan kenangan yang
paling menyakitkan bagi habibi. Karena tidak jauh jaraknya terjadi pembunuhan
masal yang sadis diatas bukit. Seringkali habibi melihat seseorang yang sedang
pergi ke bukit dengan membawa belanjaan, namun ketika dilihat lebih detail
orang itu pun hilang entah dimana. Dia tahu yang dilihat adalah masa lalu yang
sangat menyakitkan saat itu. Habibi kemudian menceritakan apa yang dia lihat
kepada penduduk bawah bukit, dan juga saleh mendengarkanya. Namun sejauh ini
penduduk bukit tidak merasakan keanehan yang terjadi. Saleh menganggap bahwa
habibi hanya teringat dengan masa lalunya saja.
Saleh menghentikan ceritanya sampai
disitu. Dan kali ini ahmad yang giliran terkejut. Berarti yang dia lihat adalah
yahya yang telah meninggal karena insiden 20 tahun lalu. Setelah selesai
bercerita saleh mengajak ahmad untuk bertemu dengan habibi. Ahmad menceritakan
kepada habibi yang dia lihat dari yahya pulang dari pasar sampai dibukit ini.
Habibi langsung menganggukan kepala setelah mendengar cerita dari ahmad. Habibi
menjelaskan bahwa berkali – kali dia melihat yahya yang sedang membawa
belanjaan dan menaiki bukit. Namun tidak ada satupun penduduk yang melihatnya,
dan inipun mustahil untuk dipercayai oleh penduduk sekitar. Lalu habibi berkata
kepada ahmad.
“Ahmad, mungkin kau mempunyai
hubungan dengan orang bukit. Atau mungkin kau adalah orang yang dikenal yahya
pada waktu 20 tahun lalu. Menurutku yahya menunjukan kepadamu bahwa betapa
penuh penderitaanya dahulu hingga kau
juga sampai ke atas bukit itu dan mungkin membuatmu sedih.”
PRAY FOR PALESTINE....
Inspirated from Tragedi Gaza-Palestine
Depok, 10/12/2013
0 Response to "Reruntuhan Harapan"
Post a Comment