Cerita Dari Dalam Rahim Menuju Buaian

Sebuah cerita singkat yang mungkin tak sarat akan makna. Namun jikalau engkau bertanya tentang rasa, Aku tidak bisa mengajak kalian bersama untuk melihat masa yang telah berlalu. Semua tergantung dalam imajinasi dan hati terdalam kalian. Mungkin kata imajinasi belum sempurna untuk menggambarkan ruang dalamnya kisah. Kenangan, kesan, ingatan, memori, mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kalian pasti akan kesulitan mengambil jauh entah itu kenangan, kesan, ingatan ataupun memori. Seberapa jauh mengingat, ingatan itu tidak bisa menembus sampai jauh ke dalam. Tidak ada lorong waktu untuk membalikkan waktu yang telah berlalu.
Ketika sepasang calon Ayah dan Ibu menantikan kehadiran putra pertamanya. Terlebih lagi bagi seorang ibu. Waktu 9 bulan bukanlah waktu yang singkat. Tanpa peduli setiap bulan merasakan bertambahnya berat badan, bahkan 2 kali lipat. Ketika berjalan terasa berat, ketika duduk tak bisa membungkuk, bahkan ketika tidur pantang telungkup. Belum lagi kepala yang tiba-tiba pusing dan perut terasa amat mual, tanpa peduli tempat dan waktu.
Dari kacamata seorang Ayah yang penuh wibawa dan tegas, di dalamnya mungkin sedikit rapuh. Melihat istrinya pulang pergi mengajar seperti biasanya. Permohonan aneh pada tengah malam hari, tak kuasa ditolak Ayah. Seorang Ayah rela mengabulkan permohonan tak biasa dari Ibu. Memukul atau menendang dari dalam, itulah yang biasa dilakukan olehku ketika berada di dalam dinding perut Ibu. Permohonan aneh itu bukan kehendak Ibu. Akulah yang merunguk tanpa suara dari dalam dinding perut Ibu.
Ketika 1 minggu lagi bulan keenam menggantikan bulan kelima, Aku menyapa dunia. Seorang Ayah yang menantikan jagoan pertamanya. Untuk sementara, tuntas tugas seorang Ibu. Ibu harus berjuang lagi untuk memulihkan kondisi fisiknya dengan istirahat yang cukup. Dengan mata yang masih tertutup, jari-jari yang lemah dan tubuh bernoda darah. Tubuhku langsung dipindahkan ke dalam kotak. Kotak itu adalah inkubator khusus untuk bayi prematur.
Ya, aku lahir prematur. Berat badan lebih ringan dibanding bayi pada umumnya. Perlu perawatan khusus. Organ-organ dalam, mungkin belum terbentuk layaknya seorang bayi pada normalnya. Masalah pernapasan pada bayi prematur harus ditangani, dengan membutuhkan oksigen yang lebih banyak tentunya. Secara rutin perawat memeriksa berapa kali denyut jantung dalam hitungan menit. Selama beberapa minggu perawatan di Rumah Sakit, akhirnya Ibu membawaku pulang setelah mendapat izin dari dokter. Dokter memberikan beberapa catatan kepada Ibu, jadi tak harus berlarut-larut bergantung pada inkubator.
Perawatan berlanjut di rumah, rumah kontrakan lebih tepatnya. Tiap pagi seusai shubuh, Aku melayang. Melayang dalam buaianya. Jemariku yang begitu mungil menggenggam erat kain yang di sandang Ibu kepadaku. Di beranda, sinar matahari dan udara di awal pagi memberi kehidupan. Lebih luas daripada di dalam inkubator. Kemudian terus berulang berbulan-bulan lamanya. Belum lagi menghitung berapa kali tiap malam Ayah dan Ibu dipaksa untuk tetap terjaga. Hingga menginjak balita, pernapasan setiap kali dilatih. Tak boleh terlalu lelah, dan bukan juga terlarut di atas ranjang.
Hari ini dari balik meja, jemariku semakin lihai menuliskan kisah. Berkemeja lengan panjang dengan kaki dibungkus sepatu kulit berwarna hitam mengkilap. Hanya saja setiap kali mengambil kenangan itu, setitik buih hampir menggenang di kelopak mata. Padahal kenangan itu tidak bisa ditembus. Tidak ada yang aneh dan terlebih istimewa memang. Percayalah, jika masing-masing mengambil jauh sebuah kenangan yang tidak bisa ditembus itu dan kemudian pejamkan mata kalian. Dari sana akan menemukan ketulusan mereka. Jika kalian sedang mendekap dalam pelukan Ayah atau Ibu, cobalah untuk mengorek cerita darinya. Seberapa dalam lautan, tentunya dapat dikira. Dalamnya kasih sayang kedua orang tua adalah tanpa dasar. 

Depok, 19/01/2016

Artikel ini dapat dibaca juga di: Idntimes

0 Response to "Cerita Dari Dalam Rahim Menuju Buaian"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel