Kirana Kecil Untuk Rara

Sama seperti pada hari-hari sebelumnya, di sekelilingnya terlihat biasa saja. Padahal Rara sangat mengharapkan, namun hanya sanggup bicara dalam hati. Dia pikir tak mungkin ada yang mengingatnya, terlarut dalam pekerjaan hingga langit berubah kemerahan. Menjelang pagi hingga menyambut senja. Wajah muramnya semakin menyatu dengan senja. Guratan di keningnya semakin jelas terlihat. Pada sore itu wajahnya bersaing dengan tenggelamnya matahari. Jelas ada yang menggangu pikirannya.
Rara bilang ada sesuatu yang dia tunggu, ketika hatinya tak henti mengajukan pertanyaan yang sama. Harus bagaimana lagi dan sampai kapan Rara memperlambat langkahnya. Langkah dari gedung tinggi menjulang itu menuju ke tempat kosnya. Biarlah waktu yang bertugas untuk menimang, menunggu kesabaranya sampai di mana.
Rara enggan meraih gagang pintu kamar kosnya. Dengan wajah lesunya dia sebenarnya ingin segera membenturkan tubuhnya ke kasur, dan terbenam. Namun, dalam pikiranya masih merangkum bagian pada hari ini. Apakah ada sesuatu yang aneh pada hari ini? Pikiranya masih terus merangkum. Jelas, tidak ada sesuatu yang aneh pada hari ini. Lantas bagi Rara, sesuatu yang aneh itu akan menjadi suatu hal yang dia tunggu pada hari ini. Hari ini terlihat sama seperti hari sebelumnya, biasa saja.
Hari ini, seperti musafir yang tersesat di rimba bagi Rara. Wajahnya lesu, bukan pucat. Tanganya segera meraih gagang pintu dan memutarnya. Layaknya memutar kemudi truk besar baginya, terasa berat sekali. Rara pun segera membenamkan tubuhnya di kasur tanpa menyalakan lampu. Wajah lesunya terlihat tak berlangsung lama, ketika lampu kamar tiba-tiba menyala. Kemudian wajah lesunya bersembunyi. Mata Rara baru beberapa detik-detik terpejam. Matanya masih mengakap cahaya sedikit demi sedikit, masih menyesuaikan. Tak lama berselang, kini telinganya yang harus terbiasa dengan suara cempreng yang tak karuan. Terkejut bukan kepalang pasti rasanya.
Nyanyian dari kami dan teman kantor lainya bersenandung tak karuan pada Rara. Kemudian lelahnya semakin tertutup oleh semangatnya. Dalam pikirannya masih merangkum bagian yang tertinggal hari ini. Nyanyian kami hampir usai, bersamaan ketika Rara mendekat ke arah kami. Sambil menyodorkan kue yang berpucuk lilin, nyanyian kami usai dan Rara meniup api di puncak lilin.
Selamat Ulang Tahun Sahabatku, Rara. 

Artikel ini dapat dibaca juga di: Idntimes

0 Response to "Kirana Kecil Untuk Rara"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel