Mengenang Perpisahan


Ilustrasi kartun seorang Gadis duduk di jendela, merindukan seseorang; Sumber: GoogleImage
Ah, mengapa semuanya terlihat begitu acuh tak acuh terhadap apa yang dilakukanya. Dia hanya bisa menatapnya dengan mata memerah. Mengharapkan bila nanti ada seeorang yang akan memperhatikan. Bertanya, siapa, mengapa, kenapa, itulah yang dia harapkan. Walaupun hanya satu ucap satu kata saja sudah membuat dia begitu berharga. Kesendiriannya membuat dia gelisah ditambah perasaan gundah yang harus tiap hari dia alami. Dia hanya bisa menatap sekitar tempat dia bernaung, seraya sambil berharap sesuatu yang sangat tak mungkin. Bermimpi hanyalah sebagian dari aktivitasnya, selebihnya di temani oleh kesunyian jiwa yang serasa dingin es berlian. Tawa ataupun senyuman hanyalah sebagai penghibur di kala kemarau panjang yang melanda lalu diguyur hujan satu menit.
Tegur sapaan datang dari makhluk hijau yang tertancap kokoh di depan istananya. Tanpa suara, hanya desis angin yang terdengar dan dirasakan tergetarkan telinga. Kerinduan sungguh membingungkan baginya, untuk siapa dia harus memberikanya. Tatap matanya seolah mengiba pada bintang saat sang penguasa malam tiba. Berucap kepadanya, meminta sebuah jawaban yang belum dia temukan. Sesekali membayangkan dia sedang bersenandung di puncak sang penguasa malam, sambil memainkan harpa. Sunyi dalam keramaian bertempat megah menyerupai istana langit yang konon di tempuh dalam waktu berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun lamanya. Seesaat dia membuka memori yang terlupakan dan terlihat sudah usang. Lembar demi lembar telah terselesaikan. Sejenak dia meletakan memori di pangkuan duduknya, sembari mensandarkan kepalnya ke sofa elastis yang empuk. Dia mulai membayangkan satu per satu yang telah terlukis dan tersurat di dalam itu. Senyum kecil sedikit terlontarkan dari bibir tipisnya. Pipinya agak sedikit memerah dan di tandai lesung di kanan dan kirinya. Ketika masih bersama dan masih saling menjaga. Seraut wajah yang mirip dengan rupanya, bahkan bagai pinang di belah dua. Mungkin itu adalah kenangan memori termanis yang pernah dia miliki.
Tetapi sekarang, itu bukanlah menjadi alasan untuk kesedihan. Walaupun berat untuk melupakanya. Kini dia bertahta menjadi seorang putri di hari yang mengharukan tersebut. Hari itu adalah, hari ulang tahun saudaranya kembarnya. Dia yang memilih hari tersebut untuk penghormatan. Bagaimanapun juga saudaranya kembarnya itu akan selalu bersamanya walaupun telah mendahuluinya.


NextForSunrise 


0 Response to "Mengenang Perpisahan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel