Mengenang Perpisahan
Ah,
mengapa semuanya terlihat begitu acuh tak acuh terhadap apa yang dilakukanya. Dia hanya bisa menatapnya dengan mata memerah. Mengharapkan
bila nanti ada seeorang yang akan memperhatikan. Bertanya, siapa,
mengapa, kenapa, itulah yang dia harapkan. Walaupun hanya satu ucap satu
kata saja sudah membuat dia begitu berharga. Kesendiriannya membuat dia
gelisah ditambah perasaan gundah yang harus tiap hari dia alami. Dia
hanya bisa menatap sekitar tempat dia bernaung, seraya sambil berharap
sesuatu yang sangat tak mungkin. Bermimpi hanyalah sebagian dari
aktivitasnya, selebihnya di temani oleh kesunyian jiwa yang serasa
dingin es berlian. Tawa ataupun senyuman hanyalah sebagai penghibur di
kala kemarau panjang yang melanda lalu diguyur hujan satu menit.
Tegur
sapaan datang dari makhluk hijau yang tertancap kokoh di depan
istananya. Tanpa suara, hanya desis angin yang terdengar dan dirasakan
tergetarkan telinga. Kerinduan sungguh membingungkan baginya, untuk
siapa dia harus memberikanya. Tatap matanya seolah mengiba pada bintang
saat sang penguasa malam tiba. Berucap kepadanya, meminta sebuah jawaban
yang belum dia temukan. Sesekali membayangkan dia sedang bersenandung
di puncak sang penguasa malam, sambil memainkan harpa. Sunyi dalam
keramaian bertempat megah menyerupai istana langit yang konon di tempuh
dalam waktu berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun lamanya. Seesaat
dia membuka memori yang terlupakan dan terlihat sudah usang. Lembar demi
lembar telah terselesaikan. Sejenak dia meletakan memori di pangkuan
duduknya, sembari mensandarkan kepalnya ke sofa elastis yang empuk. Dia
mulai membayangkan satu per satu yang telah terlukis dan tersurat di
dalam itu. Senyum kecil sedikit terlontarkan dari bibir tipisnya.
Pipinya agak sedikit memerah dan di tandai lesung di kanan dan kirinya.
Ketika masih bersama dan masih saling menjaga. Seraut wajah yang mirip
dengan rupanya, bahkan bagai pinang di belah dua. Mungkin itu adalah
kenangan memori termanis yang pernah dia miliki.
Tetapi
sekarang, itu bukanlah menjadi alasan untuk kesedihan. Walaupun berat
untuk melupakanya. Kini dia bertahta menjadi seorang putri di hari yang
mengharukan tersebut. Hari itu adalah, hari ulang tahun saudaranya
kembarnya. Dia yang memilih hari tersebut untuk penghormatan.
Bagaimanapun juga saudaranya kembarnya itu akan selalu bersamanya
walaupun telah mendahuluinya.
NextForSunrise
NextForSunrise
0 Response to "Mengenang Perpisahan"
Post a Comment