Penunggu Rambutan


        Malam semakin mencekam, asap tipis berusaha memeluk angin. Mainkan nyanyian sunyi, temani rembulan hingga tertidur pulas. Seorang tampak melawan dinginya malam dengan secangkir kopi. Tidak berapa lama, membakar lintingan tembakau yang dibungkus rapi di atas teras.
          Di atas teras juga tumbuh pohon rambutan yang sebagian buahnya ranum tak sabar untuk menyentuh tanah, walau dalam satu ranting masih ada yang hijau.
 
          Namun tiba-tiba salah satu ranting terkoyak. Rupanya ulah dua orang yang mampir, namun tak berizin. Ayahku yang sedari tadi meperhatikan dua orang ini dari atas teras memberikan sedikit 'apresiasi' atas usaha mereka. Dilemparlah biji rambutan kepada dua orang itu. Lemparan pertama meleset, kedua orang itu tak beranjak pergi. Barulah setelah percobaan kedua sukses dilakukan. Tepat di keningnya dan terpental hilang biji rambutan. Salah satu dari mereka mengucap 'istigfar' sambil memandangi sekelilingnya. Ayahku belum puas rupanya. Serangan bertubi-tubi walaupun jarang yang kena, cukup membuat mereka jera. Mereka berlari sambil beberapa kali mengucap "Astagfirullah."

AtasTeras 

0 Response to "Penunggu Rambutan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel